ANTONIO

ANTONIO TILMAN MARQUES

Rabu, 19 Juni 2013

ENERGI TERBARUKAN (BIOGAS)




ENERGI TERBARUKAN (BIOGAS)


Secara sederhana, energi terbarukan didefinisikan sebagai energi yang dapat diperoleh/diperbaharui berulang-ulang (terbarukan) seperti sinar matahari, air, dan angin. Sumber energi terbarukan adalah sumber energi ramah lingkungan yang tidak mencemari lingkungan dan tidak memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global seperti pada sumber-sumber tradisional  lain. Ini adalah alasan utama mengapa energi terbarukan sangat terkait dengan masalah lingkungan dan ekologi di mata banyak orang.
Banyak orang biasanya menunjuk energi terbarukan sebagai antitesis untuk bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil memiliki tradisi penggunaan yang panjang, sementara sektor energi terbarukan baru saja mulai berkembang dan ini adalah alasan utama mengapa energi terbarukan masih sulit bersaing dengan bahan bakar fosil. Salah satu energy yang terbarukan yang sangat mudah didapatkan adalah  biogas. Biogas yaitu energy yang dihasilkan dari kotoran hewan ternak bahkan kotoran manusia yang yang fermentasi menjadi gas. Cara fermentasi terbentuknya gas yaitu kotoran hewan atau pun kotoran manusia ditampung disuatu bak yang dimana dibak etrsebut kotoran itu akan fermentasi terbentuk menjadi gas. Sisa dari kotoran ada yang padat dan cair, dimana sisa dari kotoran tersebut bisa digunakan sebagai pupuk organik untuk pertanian bahkan bias jadikan makan ternak ayam.
Tujuan dari Energi Biogas ini adalah sebagai berikut :
·         Untuk mendapatkan energy yang dihasilkan dari kotoran ternak ataupun kotoran manusia sebagai enrgi biogas.
·         Untuk mnegurangi dampat terhadap lingkungan yang membuat pemanasan global yang kian hari semakin rusak.
Manfaat dari energy biogas ini antara lain :
      Energi yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan sekitarnya.
      Kita tidak membeli energy dari luar,tetapi sudah tersedia  (LPG)
      Hasil dari pembuagan baik padat ataupun cair bias digunakan sebagai pupuk.
      Banyak yang telah membuat percobaan dari hasil biogas yang bias digunkan sebagai penganti energy listrik, contohnya untuk Generator, petromaks.
Tahapan pembuatan biogas antara lain :
·         Persiapan area untuk tempat ternak atau tempat pembuatan kubah digester biogas
·         Pembuatan kubah disergter biogas
·         Persiapan beberapa ekor ternak (sapi) yang siap untuk diternak
·         Hasil biogas yang telah jadi siap digunakan oleh warga
1.      Persiapan area untuk tempat ternak atau tempat pembuatan kubah digester biogas

              Disini kita mencari lahan yang siap digunakan untuk pembuatan digesrter biogas, dimana lokasinya kurang lebih 10 m dari rumah. Dimana disitu juga kita bias membangun kandang untuk ternak yang akan kita gunakan kotorannya.




2.      Pembuatan kubah disergter biogas

Proses pembuatan digester biogas ini di awali dengan mencari lokasi untuk pembuatan digester biogas, alat, bahan dan sapi. Awal pembuatannya digali lubang tempat untuk digester dengan berbentuk lingkaran kemudian, yang pertama kali diletakkan  dalam lingkaran tersebut yaitu batu gunung atau bisa disesuaikan di daerah tempat asal sebgai fondasi bawahnya, kemudian diletakan besi yang berukuran 10-12 mm, dan melintang yang berbentuk lingkaran dengan jari-jarinya 2,20 m berjumlah 20 buah, setelah itu di tutupi dengan campuran semen , sesuai bentuk lingkaran tersebut. kemudian diletakan batu bata dan kawat sampai terbentuknya kubah digester/setengah lingkarang bola  sempurna yang siap di gunakan untuk menampung kotoran sapi. Tingginya lubang outlet (lubang pembuangan) sama dengan tinggi lubang inlet (lubang masuk), supaya untuk mengimbangi kotoran yang masuk dan keluar seimbang.
        Satu digester dengan ukuran jari-jari 2,20 m dapat menampung dari 10-15 ekor kotoran sapi perhari yang volumenya mencapai ± 20 lebih m3, jarak kotoran dengan ruang hampa adalah 45 cm. Sudut untuk masuk kotoran dan keluarnya kotoran setelah proses fermentasi yaitu 450. Perbandingan kotoran sapi dan air yaitu 1:4, air diperoleh dari hasil memandikan/ membersihkan kandang sapi. 


Persiapan beberapa ekor ternak (sapi) 
           Setelah tempat dan kubah digester biogas selesai dipersiapkan, kita juga harus mencari beberapa ekor sapi sebagai penhasil kotoran yang siap dipakai. Kurang lebih 3-4 ekor sapi saja sudah cukup untuk satu rumah.Sapi yang banyak menghasilkan kotoran tiap hari yaitu sapi perah dibandigkan dengan sapi pedaging.



3.      Hasil biogas yang telah jadi siap digunakan oleh warga
Kotoran sapi yang yang tiap hari dihasilkan oleh sapi, dimasukkan ke kubah digester biogas dengan cara, kotoran sapi disiram/dicampur dengan air. Perbandingannya 4:1. Diman kotoran 1 ember air yang dicampurkan 4 embar. Setelah itu kotoran yang telah tercampur dengan air dimasukkan ke kubah digester bioga melalui pipa inlet. Proses fermentasi berlangsung satu minggu dan hasilnya satu digester bisa digunakan oleh 4-6 rumah tangga. Satu digester dapat menampung 30 kg kotoran sapi. Hasil buanagn olahan limbah padat dan cair bisadigunakan sebagai  pupuk dimana dia area di sekitar pupuk itu ditanami rumput gajah untuk makanan ternak sapi. Gas dapat  digunakan oleh masyarakat untuk proses masak. Dalam penggunaan gas ada yang harus  diperhatikan, bila selang bergoyang berarti ada ketidakseimbangan antara air dan gas maka perlu ditelusuri kesalahannya seperti pipa paralong atau digester. Pemakaian biogas memperhemat ekonomi masyarakat, contohnya salah satu tempat yang dikunjungi telah memakai 8 tahun dan belum pernah ada masalah dan justru sangat membantu. Hasil biogas yang sudah digunakan itu berwarna biru. Kelebihan dari biogas adalah tidak bahaya (meledak) meskipun ada kebocoran.

Kelebihan/ Keunggulan dari Biogas
·         Apinya berwarna biru 300-600o
·         Tidak mudah meledak apabila ada kebocoran pada paralon ataupun selang ke kompor biogas itu
Demikian pengetahuan sedikit saya tentang energy terbarukan yaitu biogas yang dihasilkan dari kotoran ternak maupun kotoran manusia, yang rama lingkungan dan memberikan keuntungan besar pada masyarakat, karena mudah didapat bahannya, tidak berbahaya dan keunggulannya lagi yaitu hasil sisa kotorannya bisa digunakan sebagai pupuk. Oleh karena itu marilah kita melestarikan energy terbarukan khususnya energy biogas ini.



Selasa, 18 Juni 2013

PEMILIHAN LUMPUR PEMBORAN DALAM MENGATASI PROBLEM SHALE

PROPOSAL SEMINAR

PEMILIHAN LUMPUR PEMBORAN DALAM MENGATASI
PROBLEM SHALE


SEMINAR




Oleh :



ANTONIO TILMAN MARQUES
NIM. 09.0331/TP




FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2013




PEMILIHAN LUMPUR PEMBORAN DALAM MENGATASI
PROBLEM SHALE


1.1.            Latar Belakang
            Operasi pemboran suatu sumur minyak dan gas memerlukan teknologi , biaya dan resiko yang sangat tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya, melakukan eksperimen–eksperimen baik di laboratorium maupun di lapangan karena menembus ratusan hingga ribuan meter ke bawah permukaan, menembus berbagai jenis batuan formasi.
            Salah satu penyebab berhasil atau tidaknya suatu operasi pemboran,  diantaranya tergantung pada jenis lumpur, dan additive yang dipakai. Setiap lapisan batuan yang ditembus memiliki permasalahan yang berbeda-beda. Diharapkan operasi pemboran berlangsung dengan aman, ekonomis serta menjaga agar sumur yang telah selesai dibor dapat diproduksi dengan jumlah yang besar dan menguntungkan.
            Pada penulisan ini, penulis hanya menyinggung satu permasalahan yang sering dijumpai pada operasi pemboran yaitu cara menangani problem shale dengan lumpur polymer.
Untuk mengatasi problem shale ini, perlu diketahui jenis dan komposisi mineral clay penyusun batuan shale juga catatan aktifitas selama operasi pemboran. Lumpur pemboran mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan suatu operasi pemboran. Apabila dalam perencanaan pembuatan lumpur pemboran yang dipakai tidak sesuai dengan kondisi formasi, maka akan muncul hambatan-hambatan dalam operasi pemboran.
Adapun hambatan-hambatan tersebut antara lain :
1.      Problem shale (gugur atau pembengkakan shale).
2.      Terdispersinya padatan sehingga viskositas tidak terkontrol sebab partikel-partikel koloid menjadi sangat banyak.
3.      Kemungkinan terjepitnya pipa bor karena guguran formasi..
4.      Padatan-padatan bor tidak terkontrol karena kurang berfungsinya alat pengontrol padatan.
5.      Laju pemboran yang lambat karena hidrolikanya rendah.
6.      Bisa terjadi hilangnya lumpur kedalam formasi akibat dari tekanan hidrolika lumpur yang terlalu besar dari tekanan formasi.
7.      Apabila tekanan hidrolika lumpur lebih rendah dari tekanan formasi maka akan terjadi kick (masuknya fluida formasi kedalam lumpur bor).

Masalah shale yang terjadi salah satu contohnya adalah swelling yaitu pengembangan dinding lubang bor akibat masuknya air filtrat fluida pemboran ataupun masuknya lumpur itu sendiri ke dalam formasi. Selain swelling, masalah shale yang dapat terjadi adalah sloughing yaitu runtuhnya dinding lubang bor akibat sifat dari formasi yang mudah runtuh, getas dan adanya rekahan-rekahan pada dinding lubang bor.
Lumpur polymer diformulasikan sebagai sistem low solid non-dispersed polymer muds yang cocok digunakan pada  formasi Shale. Lumpur jenis ini merupakan hasil modifikasi kimia diantaranya adalah reaksi katalis dari polymer Keuntungan dari sistim ini  antara lain :      
1.      Penstabil shale aktif.
2.      Peningkatan pembersihan lubang bor.
3.      Dapat digunakan untuk berat jenis yang tinggi.
4.      Pemakaian polymer memberikan perlindungan di permukaan shale dan sekaligus bertindak sebagai viscosifier dalam lumpur, sehingga volume filtrat lossnya dapat diperkecil dan jarak invasi filtrat lumpur menjadi lebih pendek.
5.      Meminimalkan masalah yang terjadi, disamping mencapai laju pemboran dan     mengurangi waktu pemboran, biaya keseluruhan dari operasinya akan lebih rendah.

1.2.            Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan ini adalah untuk mengevaluasi lumpur polymer dalam meminimalkan hole problem, khususnya masalah shale (problem shale), dengan tujuan untuk meminimalkan masalah pada lapisan shale agar operasi pemboran dapat berjalan dengan lancar dan mencapai target dengan waktu yang sudah di rencanakan.

1.3.            Sistematika Penulisan
Secara garis besar, sistematis penulisan tugas akhir ini dibagi menjadi lima (5)  bab, yaitu antara lain:

·               BAB I. Pendahuluan, berisi tentang : latar belakang masalah, maksud dan tujuan dari penulisan, metodologi yang digunakan, serta sistematika penulisan.
·               BAB II. Teori Dasar, berisi tentang : Pengertian lumpur pemboran, fungsi lumpur pemboran, komposisi lumpur pemboran, sifat-sifat fisik lumpur pemboran, jenis-jenis lumpur pemboran, mekanisme ketidakstabilan shale dan proses menstabilkan shale.
·               BAB III. Problem Shale, berisi tentang : Batuan shale, Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas shale, Gaya-gaya yang bekerja pada lapisan shale, Mechanical stress failure, Indikasi kimiawi, Interaksi Fisik dan Analisa dilapangan.
·               BAB IV. Pembahasan, berisi tentang : Peran lumpur pemboran dalam mengatasi shale yang berkaitan dengan tekanan, Peran lumpur pemboran dalam mengatasi problem shale yang berkaitan dengan sensitifitas terhadap kandungan kimia lumpur pemboran, dan Peran lumpur pemboran dalam mengatasi problem shale yang berkaitan dengan sensitifitas terhadap sifat fisik lumpur pemboran.
·               BAB V.  Kesimpulan
·               Daftar Pustaka
·               Lampiran
1.4.   Penutup

Demikian proposal ini saya buat, sebagai pertimbangan bagi pembimbing yang akan memberikan kesempatan kepada penyusun untuk presentasi nanti sebagai media komunikasi dalam rangka menjalin bentuk kemitraan antara Perguruan Tinggi dengan Mahasiswa. Atas segala bantuan dan kerjasamanya saya tidak lupa ucapkan terima kasih banyak.